Rabu, 16 Desember 2009

Hedoniskah Kita?

Hedoniskah Kita?

Masih ingatkah dengan syair lagunya Oppie Andaresta yang kalau tidak salah “andai a..a..aku jadi orang kaya” dan “…..tidak harus capek kerja”(maaf lupa syairnya pokoknya yang itulah)?. Dari syair lagu itu tersirat bahwa manusia itu ingin segala yang diinginkannya harus selalu dapat tercukupi dan tentunya melalui materi yang berlimpah, jadi orang kaya. Wajar tiap manusia ingin jadi orang kaya, ingin tercukupi segala yang diinginkannya namun bagaimana mungkin ingin kaya tapi tidak bekerja tidak berusaha? Atau syair lagunya Riff”andai ku jadi raja…”(maaf lupa lagi syair lengkapnya maklum koleksi lama sudah didelete semua dari hardisk…tapi masih ingat makna lagu tersebut). Dari syair tersebut bisa digambarkan bahwa manusia selain mengagungkan kekayaan materi/harta juga memimpikan sebuah kekuasaan”jadi Raja”, ingin dihormati, dipatuhi, selalu dilayani. Dan,tentu saja wanita sebagai pelengkapnya,punya lusinan wanita-wanita simpanan yang muda, cantik, dengan gambaran keseksiannya wuiih…. Ada harta, ada kekuasaan dan ada wanita”Harta, Tahta dan Wanita”lengkap sudah, hidup serasa di surga (kayak dah pernah kesurga aja).

Sah, wajar jika kita manusia inginkan hal-hal seperti itu. Dan itu bukan suatu hal yang mustahil tercapai. Ada beberapa manusia beruntung di muka bumi ini yang sudah merasakan hal-hal seperti itu, punya harta melimpah, punya kedudukan, jabatan, kekuasaan dan tentu saja punya wanita-wanita disekelilingnya. Lalu bagaimana dengan manusia-manusia lain yang tidak seberuntung itu hmmm tentu saja hanya bisa bermimpi, berandai-andai. Berharap akan datangnya sebuah mukjizat dari Tuhan yang tiba-tiba turun padanya dan menjadikan dia manusia yang “waw” kaya mendadak..bermimpi-bermimpi dan bermimpi, berfantasi, berimajinasi dan apapun namanya. Mencoba lari dari kenyataan hidup, mencoba menghindari dari perasaan-perasaan tidak menyenangkan…hmmm.

Lepas dari beruntung atau tidak seberuntung dari gambaran di atas, pada dasarnya manusia saat ini sudah mengalami perubahan orientasi hidup. Dimana orientasi hidupnya sudah mulai mengarah pada kenikmatan, kesenangan kenyamanan atau menghindari perasaan-perasaan tidak menyenangkan atau dengan kata lain pola hidup Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari..

Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens-makhluk bermain) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup kita contohnya para remaja saat ini. Sebagai contoh ,remaja yang ML (making love-bercinta) atas dasar senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah perilaku hedon.

Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda. Menjadi orang yang terkenal dan diidolakan bak selebritis. Media-media instan pun berduyun-duyun menghadirkan reality show untuk menjadi bintang,bahkan mencari jodohpun bisa diinstankan banyak contoh KDI,Indonesian Idol, Take Me Out Indonesia, dll. Sebuah infiltrasi budaya yang terjun ke tengah-tengah masyarakat terutama dunia remaja yang menawarkan gaya hidup yang tak jauh dari konsep hedonisme. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh hedonisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup.

Ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam bersosialisasi. Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka. Dan mereka seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus apalagi mencicipinya. Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka. Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli. Akibatnya ketika ada orang yang membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban.

Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja yang gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut. Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Dengan kata lain hedonis melahirkan mentalitas instan.

Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang.Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa kita harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau hasilnya sama. Contoh gampang, mengurus SIM (Surat Ijin Mengemudi) hanya dengan sedikit modal uang kita bisa mendapatkan SIM dengan mudah dan cepat tanpa tes, tanpa antri berlama-lama ya tentu saja memanfaatkan “uang dan kedekatan” kita dengan orang dalam di instansi legal penerbit SIM tersebut, tentu saja merupakan sebuah praktek Ilegal dalam sebuah instansi legal hmmm….

Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan.



_____________00____________00_____________